Operator Selular Versus Provider OTT : Hubungan Benci tapi Rindu

By
Hubungan yang terjadi antara operator selular dan Over-The-Top (OTT) cukup unik. Saat penggunaan data internet belum sebanyak saat ini keberadaan perusahaan OTT dengan layanannya menjadi berkah bagi operator untuk meningkatkan trafik data sekaligus mengedukasi pelanggan akan adanya layanan baru tersebut. Layanan OTT cukup berhasil dalam meningkatkan penetrasi smartphone sebagai modal utama pelanggan dalam menikmati layanan data di Indonesia. Namun seiring meningkatnya akses layanan data, keuntungan financial di bidang yang relatif baru ini ternyata lebih banyak dinikmati oleh perusahaan OTT. Jadi hubungan OTT dan operator selular bisa dikatakan sebagai “benci tapi rindu”.

Operator Versus Over The Top Companies- OTT
Hubungan antara operator selular dan penyedia konten akhir – akhir ini menjadi kurang harmonis. Hal ini karena perusahaan penyedia konten yang sebagian besar adalah perusahaan Over-The-Top (OTT) memperoleh keuntungan lebih besar daripada operator selular sebagai penyedia jaringan telekomunikasi. Menurut wikipedia, OTT adalah layanan dengan konten berupa data, informasi atau multimedia yang berjalan melalui jaringan internet.

Saat ini perdagangan online, periklanan dan konten media digital tumbuh sangat pesat dan telah menciptakan industri digital yang baru. Industri baru ini berjalan diatas jaringan infrastruktur yang dibangun oleh operator selular. Walaupun demikian operator selular tidak dapat mengambil manfaat maksimal dari perkembangan industri baru ini. Perusahaan Over The Top (OTT) lah yang telah mengambil sebagian besar manfaat dari pesatnya pertumbuhan bisnis digital telekomunikasi tersebut. Operator selular menganggap perusahaan OTT telah menghasilkan banyak uang melalui bisnis periklanan digital dan konten multimedia sedangkan operator selular yang memiliki infrastruktur telekomunikasi tidak dapat menghasilkan uang atas lalu lintas data internet pada jaringannya sendiri.

Youtube, skype, facebook, whatsapp, spotify, viber dan netflix adalah contoh beberapa perusahaan penyedia Over-The-Top (OTT) yang kegiatan operasionalnya dianggap merugikan atau mengancam operator telekomunikasi di dunia. Faktanya seperti youtube saat ini menguasai sekitar 24% trafik internet dunia. Whatsapp bersama facebook dan Google + menguasai sebagian besar lalu lintas sistem pesan di dunia. Netflix sudah memiliki 30 juta pelanggan yang melakukan streaming konten HD dan 4K.

Bisnis Perusahaan OTT berkembang pesat dan sudah mulai memasuki sektor usaha yang selama ini merupakan sumber pendapatan utama operator selular. Invasi perusahaan OTT terhadap bisnis telekomunikasi di terjadi pada 4 bidang yang berbeda, yaitu:
1.    Layanan Suara (Voice)
  • Persaingan di layanan suara antara operator selular dengan layanan suara dari OTT berupa Voice Over Internet Protocol (VoIP) seperti skype, viber dan hangout. Pada layanan ini operator masih memiliki pengaruh kuat atas perilaku konsumen atas dasar persepsi bahwa kualitas layanan suara dari operator selular masih lebih baik daripada kualitas layanan suara dari perusahaan OTT. Ada 3 elemen yang diperlukan sebelum VoIP dapat menjadi pilihan utama konsumen yaitu (1) jangkauan jaringan telekomunikasi broadband (pita lebar) harus luas dan bersinyal kuat. (2) aplikasi yang tersedia dimana saja dan saling dapat berkomunikasi (interoperable) secara seamless (tanpa putus) diantara berbagai merek ataupun sistem operasi di smartphone. (3) tersedianya baterai smartphone yang tahan lama yang dapat mengakomodasi konsumsi daya yang besar akibat aktifnya berbagai aplikasi di telepon selular.
  • Strategi yang dapat digunakan oleh operator adalah memperkenalkan bundling “smart” plan yaitu memadukan paket data dan suara dan menghubungkannya dalam penjualan handset smartphone. Membuat diferensiasi keunggulan kualitas yaitu operator dapat mendiferensiasikan dirinya menjadi penyedia layanan suara yang terbaik dengan menghadirkan layanan suara berkualitas tinggi.
  • Teknologi selular generasi ke empat (4G) yang mulai di gelar oleh operator selular mampu menghasilkan layanan komunikasi suara berbasis jaringan LTE (VoLTE). Layanan VoLTE memiliki beberapa keunggulan dibandingkan berkomunikasi dengan layanan voice yang disediakan perusahaan OTT. kelebihan VoLTE dibandingkan layanan voice yang ada saat ini adalah kualitas suara yang sangat jernih “HD Voice”, keamanan pelanggan lebih terjamin karena server dikelola sendiri oleh operator , hemat daya baterai smartphone, talktime menggunakan VoLTE 1,5 kali lebih lama dibandingkan aplikasi VoIP lainnya, secara teknis penggunaan VOLTE lebih praktis call setupnya sangat singkat hanya 1 -2 detik, mudah diakses dari menu setting dan tidak memerlukan aplikasi seperti layanan OTT. Layanan ini juga dapat digabungkan dengan fasilitas chat dan video conference.
  • Dari segi operator, jika dibandingkan dengan UMTS/GSM, maka VoLTE memungkinkan operator untuk lebih efisien dalam menggunakan alokasi pita frekuensi yang dimiliki yaitu operator bisa melayani pelanggan 2 kali lebih banyak untuk voice call/Mhz dibandingkan voice call melalui UMTS/GSM. Dengan menggunakan VoLTE pelanggan yang melakukan atau menerima layanan telepon juga akan tetap berada di jaringan LTE operator tanpa melakukan fall back atau pindah ke jaringan UMTS/GSM terlebih dahulu. Tarif VoLTE ini tidak terkena biaya interkoneksi karena merupakan layanan data dimana ketentuan yang ada adalah sender keeps all. Panggilan VoLTE di jaringan LTE juga stabil tidak terputus walaupun pelanggan pindah ke area yang belum mendapatkan akses jaringan LTE ataupun sebaliknya dari jaringan non LTE ke LTE.

2.    Layanan Pesan (Messenging)
  • Kehadiran perusahaan OTT di bidang layanan pesan telah membuat lalu lintas sms dari operator menurun tajam. Pengguna smartphone seperti pada iphone dan perangkat android lebih memilih menggunakan aplikasi pesan gratis dari OTT untuk melakukan sosial networking, pesan instan dan pesan massal (broadcast). Saat ini peran sms menjadi kurang penting di mata konsumen. Strategi yang dapat digunakan oleh operator untuk mengatasinya adalah dengan mendiferensiasikan diri mereka dari perusahaan OTT dengan mengembangkan service premium seperti bundling antara layanan suara berbasis advance VoIP, layanan pesan dan video berkualitas tinggi..
3.    Layanan Video (Multimedia)
  • Di bidang ini persaingan sangat sengit. Berkembang pesatnya OTT video dan layanan media telah mengubah arena bisnis komunikasi. Tidak hanya OTT menyebabkan peningkatan drastis lalu lintas data, tetapi juga beresiko merubah keberpihakan konsumen ke arah penyedia OTT yang dapat mengancam eksistensi operator selular. Medan pertempuran terjadi di berbagai segi seperti televisi, gaming, music, periklanan dan layanan digital lainnya.
  • Konten adalah raja namun kepuasan konsumen adalah yang utama di era digital ini. Operator telekomunikasi perlu membentuk partnership strategis yang dapat menghubungkan media selular, fixed dan streaming. Operator selular harus segera memasuki pasar jasa layanan media sehingga kehadiran operator tetap relevan di mata konsumen (tetap exist).
  • Contoh perusahaan multimedia yang bergerak dalam layanan video adalah netflix. Berdasarkan situs netflix, pelanggan membutuhkan koneksi internet minimum 0,5 Mbps untuk menikmati konten film yang tersedia. Sedangkan untuk film dengan kualitas High Definition (HD) pelanggan perlu menggunakan jalur akses yang lebih besar dengan bandwith minimal 2,5 Mbps.
  • Netflix seperti layanan youtube, sportify dan provider video streaming lainnya menggunakan teknologi unicast traffic (one to one) dimana server akan memeberikan layanan ke tiap pelanggannya secara khusus. Dengan semakin banyaknya pelanggan yang menuntut layanan HD maupun Ultra HD maka provider video tersebut harus bekerjasama (peering) dengan penyedia jasa internet (ISP) lokal dan operator selular untuk membuat cache server melalui program open connect agar layanan video tetap berjalan dengan baik.
  • Oleh karena itu netflix juga diharapkan melakukan kerjasama dengan operator selular dan penyedia jasa internet (ISP) di Indonesia sehingga konten yang mengandung kekerasan dan pornografi dapat tersaring melalui platform operator lokal yang telah disesuaikan dengan regulasi konten di Indonesia. Di singapura netfix bekerjasama dengan singtel dan starhub demikian juga mereka bekerjasama di italia dengan telecom italia.
4.    Layanan Awan (Cloud Service)
  • Layanan awan berkembang sangat cepat. Pemain OTT baru di bidang ini yang cukup terkenal seperti apple dengan icloud, google dengan google cloud, microsoft dengan microsoft cloud dan amazon dengan amazon cloud drive. Perusahaan OTT dan operator selular akan bersaing memperebutkan bisnis layanan awan di pasar korporasi. Operator selular perlu memberikan solusi enterprise yang fokus yang dapat diperoleh dengan bermitra dengan perusahaan teknologi lainnya. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan digital korporasi atas praktek terbaik (best practise) di bidang jaringan, virtualisasi, computing, penyimpanan, keamanan dan manajemen teknologi.
  • Untuk layanan konsumen, operator memiliki keuntungan yaitu dengan memberikan layanan awan maka perusahaan dapat menawarkan kepada konsumen untuk dapat memilih paket data yang lebih bernilai. Sehingga konsumen dapat lebih loyal yaitu konsumen dapat menyimpan barang – barang berharga digital mereka seperti photo, musik dan video pada layanan awan yang disediakan oleh operator selular.
Operator selular masih sangat bergantung dari pendapatan atas jasa layanan suara dan pesan sedangkan untuk layanan data masih dalam tahap mengedukasi masyarakat sehingga belum menghasilkan pendapatan yang cukup. Disaat yang sama perusahaan komunikasi over IP (CoIP) seperti skype dan whatsapp terus menggerus keuntungan dari bisnis utama operator selular tersebut. Yang lebih menyakitkan operator harus melakukan tambahan investasi dan meningkatkan kemampuan jaringan mereka untuk menampung peningkatan jumlah data yang diciptakan oleh layanan multimedia dari perusahaan OTT.


Mengapa perusahan OTT dapat bergerak lebih cepat dan efisien dibandingkan operator selular ?

Perusahaan OTT memperoleh keuntungan penuh atas layanannya dan menginvestasikan dana yang besar untuk berinovasi dalam mengembangkan cara baru untuk memanfaatkan membaiknya kapasitas jaringan telekomunikasi. Dilain pihak, Perusahaan selular tidak dapat menginvestasikan dana sebesar perusahaan OTT karena operator di tuntut untuk selalu menjaga dan meningkatkan kemampuan infrastruktur jaringan telekomunikasi terlebih dahulu. Investasi jaringan ini sangatlah mahal, didalamnya terdapat biaya hardware, software, pajak dan biaya frekuensi yang secara keseluruhan membentuk struktur biaya infrastruktur telekomunikasi.

Oleh karena itu operator masih merasa merugi dalam menerapkan tarif layanan data karena tarif yang ditawarkan masih rendah. Hal ini karena besarnya biaya investasi jaringan dan model bisnis masih dalam tahap mengedukasi masyarakat (pelanggan) atas layanan data yang terbilang masih relatif baru. Sehingga tarif layanan data operator saat ini masih belum menutupi biaya investasi dan masih disubsidi dari pendapatan layanan suara dan pesan.

Untuk menutup defisit pendapatan layanan data ini operator harus kreatif dan inovatif mencari sumber pendapatan baru. Salah satunya modelnya adalah interstitial ads yang diberlakukan saat pelanggan mengakses berbagai situs. Model yang lain adalah kemampuan operator selular dalam mengumpulkan data demografi, perilaku penggunaan data dan aktivitas konsumen dalam mengakses informasi. Versi anonim Informasi ini dapat di disajikan kepada partner OTT tertentu atau kepada pelaku bisnis korporasi sesuai kebutuhan. Oleh perusahaan data tersebut digunakan untuk lebih mengenal konsumen dan meningkatkan strategi marketing melalui pemasaran sesuai perilaku konsumen, pemasaran secara personal, iklan berbasik lokasi tertentu dan lainnya. Layanan Big Data ini seperti yang dilakukan oleh telkomsel dengan Telkomsel M-Sight.

Di saat layanan suara dan pesan stagnan - cenderung menurun dan pertumbuhan layanan data hanya mengkompensasi kerugian bisnis utama, maka operator perlu mencari cara baru untuk tumbuh. Keinginan operator adalah perlunya diterapkan konsep profit/cost sharing kepada pelaku OTT dengan pertimbangan asas keadilan. Hal lainnya adalah operator selular perlu meyadari pentingnya bekerjasama dengan perusahaan OTT. Bekerjasama dengan perusahaan OTT yang tepat dapat meningkatkan layanan dan membuat bisnis model yang lebih cepat, lebih efisien dalam hal biaya dan lebih kecil resikonya dibandingkan jika mereka melakukan semuanya sendiri. Contoh partnership ini adalah kerjasama sportify dengan orange, T-mobileUS dengan Iheartradio, dan pandora dengan Rhapsody.

Contoh lain adalah kerjasama operator selular dengan perusahaan OTT seperti yang dilakukan oleh softbank jepang. Meskipun dimasa sulit seperti saat ini, pendapatan dan keuntungan nya meningkat. Hal ini karena softbank aktif berinvestasi di bisnis OTT melalui anak perusahaannya Softbank Internet dan Media (SIMI).


Pada kenyataannya, sekarang konsumen adalah raja. Konsumen menyukai inovasi dan selalu mencari layanan yang memberikan nilai lebih. Perusahaan OTT dapat bergerak lebih flesibel dan akan selalu mencari cara untuk memenuhi keinginan pelanggan tersebut. Operator selular yang tidak dapat menerima kenyataan ini akan terus tergerus pendapatnya dan pangsa pasarnya akan terus menurun. Namun sejatinya operator selular memiliki posisi yang kuat yaitu operator memiliki infrastruktur dan jaringan retail yang kuat yang dapat menjangkau jutaan pengguna.

Pada industri telekomunikasi kedua pihak akan tetap eksis dan saling membutuhkan. Yang penting di bangun adalah sejauh mana asas keadilan dapat di terapkan kepada semua pelaku usaha di industri telekomunikasi. Disinilah peran pemerintah sebagai regulator diperlukan untuk menegakkan aturan main dalam membuat tata kelola interkoneksi, peraturan bisnis konten, perlindungan konsumen, aturan anti pornografi dan e-taxation agar semua pihak dapat berkembang, saling mendukung dan bersaing sehat di Indonesia.
Ciao.

2 komentar:

  1. Sayangnya operator seluler di Indonesia masih memakai jurus "tangan terbuka" ya, Bang. Nanti setelah di obrak-abrik baru mewek dan mohon-mohon ke Pemerintah. Heran dengan pola pikir operator seluler di Indonesia, mereka sepertinya berpuas diri dengan perolehan yang didapatkan, padahal layanan saja masih sangat jauh dari yang diharapkan dan lebih condong memihak ke golongan menengah ke atas. #Maaf kalo persepsi saya subjektif, beda pendapat boleh kan, Bang :)

    BalasHapus
  2. Benar sekali pak, layanan operator selular terlihat cukup puas dengan keadaan industri selama ini. mungkin mereka merasa selama ini entry barrier ke industri yang rumit sudah membuat diri mereka nyaman dan terlindungi. namun perkembangan teknologi membuka pintu - pintu yang selama ini di jaga rapat oleh mereka...jadi ketika pesaing dari layanan online sejenis datang, terlihat sekali operator agak panik...dan mulai menawarkan layanan serupa dgn OTT...tapi sedikit telat...konsumen sudah merasa nyaman dan puas dengan service dari OTT...semua jadi lebih sulit bagi mereka sekarang - terus investasi di infrastruktur untuk memberi jalan tol gratis bagi layanan OTT...

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.